SELAMAT DATANG DI SITUS FLASHNET REJOTANGAN

Saturday, November 14, 2009

review ayat-ayat cinta


Review Novel “Ayat-ayat Cinta”: Another Cinderella Story?
Desember 1, 2007

Penolakan pengajuan ijin suting Film Ayat-ayat Cinta di Mesir oleh Pemerintah setempat membuat saya tergerak untuk membaca novel laris ini.

Ketika membaca bab pertama, ekspektasi saya terhadap novel ini sangat tinggi. Seting novel di Mesir dan lika-liku perkuliahan di Universitas Al Azhar bagaikan oasis di tengah padang pasir novel chic lit dengan dominasi seting kehidupan hedonis kota besar. Harapan saya, meskipun judulnya sangat melankolis, novel ini akan menggambarkan perjuangan seorang mahasiswa Indonesia dalam meraih cita-cita di Universitas Al Azhar.

Namun di bab berikutnya ekspektasi saya semakin menurun. Sang tokoh utama digambarkan sebagai mahasiswa sesuci nabi dan mengalami banyak sekali mukjizat. Yang sangat menggelikan, kisah 25 rasul dianalogikan secara telanjang dalam kehidupan sang tokoh utama.

Adalah Fahri seorang khadim kiai dan batur santri, keturunan petani miskin asal Jawa yang entah bagaimana (tidak diceritakan sama sekali) bisa kuliah S2 di Universitas Al Azhar.

Kisah hidup Fahri ibarat kisah hidup di negeri dongeng. Dengan kesalehan, kebaikan hati, kecerdasan dan kedewasaan yang luar biasa, Fahri yang digambarkan sebagai laki-laki miskin, berperawakan dan bertampang biasa saja sangat disukai oleh gadis-gadis cantik, cerdas, dan terbaik di sekitarnya.

Ekspektasi saya terhadap novel ini sirna di bab tujuh belas. Digambarkan saat Fahri berdoa agar ada seorang gadis yang meminangnya, keesokan harinya Aisha seorang gadis sangat cantik keturunan Jerman-Turki, cerdas, solehah, dan belakangan diketahui sangat kaya yang dikenalnya di kereta Metro meminangnya melalui paman Aisha. Mendengar Fahri sudah menerima pinangan Aisha, Nurul mahasiswi cantik asal Indonesia yang merupakan putri seorang kiai ternama di pesantren di Jawa Timur merasa sangat menyesal hingga mengirimkan surat yang meminta Fahri untuk menjadikan dia sebagai istri kedua.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, Maria seorang gadis Koptik (Arab Mesir yang beragama Kristen) yang sangat cantik, tetangga Fahri yang hafal Al Quran juga diam-diam memendam cinta yang sangat dalam kepada Fahri. Begitu merananya, Maria sampai sakit akut karena kehilangan semangat hidup.

Sebaliknya Noura, gadis muslim Mesir berambut pirang yang sangat cantik yang diselamatkan Fahri dari siksa ayahnya justru sangat membenci Fahri. Noura yang digambarkan masih bersekolah di tingkat lanjutan atas sangat mendendam karena cintanya ditolak oleh Fahri. Dengan fitnah yang keji, Noura berusaha menjebloskan Fahri ke dalam penjara Mesir yang digambarkan sangat sadis.

Sejujurnya dari segi cerita, novel ini hanyalah Another Cinderella Story tidak berbeda dengan tipikal cerita sinetron-sinetron televisi nasional saat ini. Seharusnya, dengan seting perkuliahan di Al Azhar dan kehidupan di Mesir, ide cerita bisa lebih dari sekedar kisah cinta ala Cinderella. Menurut saya, penulis terlalu gegabah untuk mengatakan novel ini sebagai novel pembangun jiwa.

No comments:

Post a Comment

Thanks..